BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Senin, 09 Juli 2012

Malam yang Ungu

Malam kelabu, berpasang awan abu-abu menutupi bintik-bintik kemilau itu, hingga ribuan formasi pun menjadi tabu. Sebenarnya, apakah itu kelabu? Abu-abu? Tabu? Apakah ragu-ragu atas langit yang biru? Ataukah sesuatu yang haru? Bukankah dengan berlalunya waktu semua seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa. Malam kelabu, abu-abu, tabu, apa bedanya dengan hamparan lagit yang dibanjiri ribuan formasi, penuh rangkaian puisi intuisi seakan rembulan menyabit malu-malu. Semua peluh, resah, rindu, gelisah, rasa sakit, semua itu akan berlalu. Karena malam adalah waktu yang tepat untuk mengikhlaskan semua itu, jika kau mau. Lalu kembali menerbangkan harapan-harapan baru di langit pagi yang biru. Apa bedanya jikalau kedua sisi langit itu hanya menipu? Menurut Einstein malam itu bukan gelap, tapi cahaya matahari tidak pernah sampai di titik bumi saat itu. Keadaan yang semua orang sebut, malam. Pada waktu malam cahaya bintang tak dapat dilumpuhkan lagi oleh matahari, ia hanya mampu mencipratkan semburat cahayanya pada rembulan yang tak bertuan. Gedung-gedung, perumahan, tempat wisata pun ikut membantu meramaikan malam tak bercahaya itu dengan bintik-bintik energi temuan Thomas Alfa Edison. Penemuan yang tak pernah berlalu seperti malam yang ungu, lalu biru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar